Jumat, 19 Februari 2016

gunung rakutak bandung

Gunung Rakutak: 10 Fakta Yang Harus Kamu Tahu

 4:22 PM  Acen Trisusanto  66 Comments
Image Rights: Benedict Octario

Gunung Rakutak adalah salah satu gunung 'gemes' yang berada di kabupaten Bandung dan sekitarnya. Gunung ini adalah salah satu dari trio gunung Rakutak - Manglayang - Burangrang, gunung-gunung 'gemesan' yang ada di wishlist pendakian gue di tahun 2015.

Sebagai gunung 'gemes' tentu saja arah otak gue langsung mereferensikan Gunung Munara dan Gunung Batu Jonggol, sebagai prototype dari trek gunung Rakutak ini. Ya namanya juga gunung-gunung gemesmenurut gue, harusnya beda-beda tipis. Tapi ternyata....

....gunung Rakutak ini....

BEDA BANGET jeng jeng!

Mau tau apa bedanya?

Ini gue coba rangkum dalam 10 Fakta Gunung Rakutak terupdate ala Jalan Pendaki. Update banget, karena gue baru dari sana beberapa minggu lalu. Mamam deh nih:

1. Bukan Sembarang 1.922 Mdpl

Yes, Gunung Rakutak berketinggian 1.922 meter di atas permukaan laut (atau yang sering kita sebut sebagai mdpl, elah, sok serius amatan). Gunung memang selalu gak bisa diduga, Papandayan yang 2.600-an Mdpl, ternyata cetek, tapi Guntur yang justru lebih cetek, cuma 2.200-an Mdpl, treknya naudjubillah. Persis kayak Gunung Rakutak, meskipun cuma 1.922 Mdpl, treknya bisa bikin kamu kepengen nyari-nyari bapak kayak si Sony Wakwaw saking bikin kezelnya.

2. Puncaknya Ada Tiga

Ternyata eh ternyata berjudi itu haram. Teeet~ *abaikan

Kebanyakan para pendaki yang pernah mendaki gunung Rakutak ini pasti memulai pendakiannya di basecamp awal, yaitu Basecamp Himpala Rakutak. Sehingga, mereka akan melewati Puncak Dua dan Puncak Top Rakutak. Nyatanya, sekaligus sialnya, rombongan gue saat itu entah kenapa "diarahkan" lebih jauh dari basecamp tersebut dan akhirnya... kami mendaki lebih jauh, lebih lama, dan lebih lelah. Ternyata kami mendaki dari starting point gunung Rakutak paling ujung. Punggungan gunung ketiga. Asolole. Boro-boro langsung ketemu Puncak Dua, yang ada, kami menyisiri punggungann bukit demi bukit sampai ke Puncak Tiga (yang cuma puncak asal-asalan), Puncak Dua (yang cuma semacam pertigaan kecil gitu), baru mencapai Puncak TOP Rakutak. So, pastinya,effort-nya jauh lebih kacau dari kehidupan persilatan Pendekar Tongkat Emas. Chapeque Binggow. Capek Banget.

Meskipun begitu, starting point-nya punya pemandangan yang lakenyiz.

Image Rights: Benedict Octario
Image Rights: Benedict Octario

3. Juga Punya Tegal Alun

Jangan kira cuma Gunung Papandayan aja yang punya Tegal Alun, Gunung Rakutak juga punya, lho! Katanya, Tegal Alun Gunung Rakutak adalah tempat yang biasa dipakai para pendaki buat ngecamp kalau kemaleman sebelum sampai Puncak Dua. Lokasinya adalah tanah lapang yang cukup luas buat empat tenda (sumber: baca di google).

Kenapa katanya?

Ya karena gue kan gak lewat situh! T.T

4. TREKNYA AJIB 

Okay, siapa yang setuju sama gue, kalau ngeliat Mdpl-nya ini Gunung Rakutak menganggap gunung ini cetek? Cung!

1, 2, 3, yap ada 15.000 orang yang setuju sama gue. Thank you.

Jadi gini, seperti pada point pertama bahwa, gunung Rakutak ini bukan sembarang gunung 1.922 Mdpl biasa, sudah pasti gunung ini punya trek yang gilingan alias gila. Kalau orang Malaysia menyebutnya giler. Jangan sampai kepleset jadi galer ya.

Jalur pendakian awal sih masih di dominasi sama ladang penduduk yang isinya bawang merah, daun bawang, tomat, selada, dan beragam sayur mayur lainnya yang menggoda kita untuk mencurinya. Lalu dilanjut tanjakan gemes hutan-hutan perdu yang penuh dengan daun-daun berduri kinyis-kinyis. Berlanjut dengan tanjakkan sempit yang cuma bisa dilewatin satu orang, jadi ya, wajar lah kalau pemandangan depan kita selama perjalanan sebagian besar adalah bokong orang. Kecuali kita memimpin.

Selanjutnya, kita cuma akan menemukan lapak-lapak gemes yang paling cuma bisa diisi setenda. Dua tenda kalau maksa. Tiga tenda tidurnya numpuk-numpuk. Bahkan puncaknya pun cuma menyediakan lapak buat Dua tenda berukuran 6 orang. Gitu terus sampai kelar. Jalurnya cuma setapakan, kecil, gemets, kanan kiri jurang yang hijau. Kebayang kan, gimana pegal-pegalnya ngecamp di Rakutak ini? Apalagi kalau lagi banyak orang banget yang mendaki... beuh.... kayak pasar batu akik, cuy! Riweuh!

Image Rights: Benedict Octario

Jalur turun adalah hutan hujan yang gelap, licin, berakar, dan berotan. Ajibnya lagi adalah pas kita harus melewati jalur sungai. Iya, bukan cuma nyebrang sungai, tapi LEWATIN SUNGAI! MELAWAN ARUS SUNGAI!! SERU PARAAHHHHHH! SEGER PARAHHHH!! PETJAAAAAAHHHHHH!!!

Jadi yah, kita musti susur sungai sampai kira-kira sejam lah. Mulai dari sok cantik nyari batu pijakan di sungai biar gak kena air, sampai BYUR! Bodo amat. Lha gimana lagi, jalur sungainya itu.... kadang bisa sampai sedengkul! Kadang bisa sampai setitit anak balita. PVFT.

Image Rights: Benedict Octario

Oiya, tambahan info, jelatang, alias tumbuhan yang kalau kita kena daunnya, kulit bakal terasa panas, lalu gatal-gatal dan memerahkan kulit, dan bisa menyebabkan kematian.......

....kalau garuk-garuknya di sebelah jurang terus jatoh.

Jelatang | Image Rights: Benedict Octario

Image Rights: Benedict Octario

Pokoknya, jangan sesekali ngremehin ini Gunung Rakutak meskipun cuma 1.922 mdpl. Gue aja yang ngremehin, langsung dihajar sama ini gunung karena gak bawa air yang cukup dan gak bawa logistik yang cukup. Temen-temen yang lain gak bawa baju yang cukup langsung dihajar hujan. Gitu deh.


5. Ada Miniatur Ranu Kumbolo + Warung
Gimanapun yang namanya ada danau di tengah gunung itu.... PRICELESS. Gimanapun capeknya kita, kalau tiba-tiba ada hamparan padang air, danau yang luas, di tengah-tengah gunung, meskipun butek banget airnya, tetep aja kan bagai oase di tengah gurun pasir. Menyegarkan dahaga, melegakan mata, membuat kita terpana. Cucoks cyin, pokoknya.

Present to you, DANAU CIHARUS.

Image Rights: Benedict Octario
Mantapnya lagi, di pinggiran danau Ciharus terletak satu kedai gemets yang menyediakan jajanan mulai dari gorengan, mie instan, pizza, burger, sampai segala endah yang ada di alfamart, ada semua di sini. Yes, itu cuma khayalan babu semata. Yaelah, udah ada warung yang menyediakan gorengan, mie instan, sama air anget aja udah mewah banget pan di gunung.

Akunya acih ngantok tapi tetap tersenyum | Image Rights: Benedict Octario

6. Harus Pintar Baca Tanda Biar Gak Nyasar
Alkisah karena kebanyakan orang, kami yang berjumlah, hmmm, bentar gue ngitung dulu, agak lupa. Kayaknya sih 24 orang, dengan kecepatan jalan yang berbeda-beda, akhirnya kami terpecah jadi dua rombongan, terutama pas jalan pulang menuju Desa Kamojang. Nah, ternyata saat rombongan gue, Ikus, Ipep, Afrie, Mas Rio, Rista, dkk dll udah sampai di Desa Kamojang, rombongan kedua yang berisi Mas Firman, Mas Leo, Iday, dll dkk, terlambat banget sampai berjam-jam.

Pas dihubungi via telpon:

"Halo, kita udah sampai desa nih!"

"Lha, kok gak ketemu?"

"Lho, kita di Desa Lakenyus (nama desa disamarkan, aslinya lupa) nih!"

"Lha, desanya KAMOJANG NJIR!"

"Lha kita nyasar dong???"

"Au amat bhay!"

Yak, pokoknya gitu lah. Percakapan sesungguhnya gue gak paham. Yang jelas, emang jalurnya turunnya itu wuuuuuu~ ke sana kemari. Kalau gak pinter-pinter baca tanda, ya nasibnya bakal sama kayak rombongan kedua team gue. Tiba-tiba ada di belahan desa lain, atau, justru balik lagi ke danau Ciharus.

Image Rights: Benedict Octario

7. Tempat Mainnya TNI AD dan Motor Trail
Jangan kaget kalau sering banget ngeliat tanda panah buatan berwarna orange bertuliskan TNI AD. Memang menurut gosip yang berhembus, Gunung Rakutak ini sering dijadikann tempat berlatih TNI AD. Untung aja ada tanda-tanda jadi kita bisa lebih mudah bergerak, coba mereka nyisainnya ranjau darat. Kan serem kalau bukannya pulang ke rumah malah ke pulang ke rahmatullah. Dalam bentuk kepingan lagih. HIH!

Image Rights: Benedict Octario

Brutalnya lagi sih, ternyata di gunung Rakutak ini kita berhadapan sama para rider motor trail yang nekat-nekat banget dalam menghadapi jalur Rakutak yang buat jalan kaki aja ajib banget. Kalau kata mas Rio:

"Sekarang kita bilang mereka cape-capein diri bawa-bawa motor ke gunung, di mata mereka kita juga mungkin dibilang cape-capein diri bawa-bawa tas segede karung ke gunung."

...entah kenapa kalo dipikir-pikir bener juga ya.


Image Rights: Benedict Octario


8. Surganya Pacet

"KYAAAAA!!! APA ITU APA ITU!!" teriak Rista heboh seheboh-hebohnya.

"SINGKIRIN KYAAAAAAAA KYAAAAAA!!!!" teriaknya lagi sambil tutup kuping, tutup mata, kaki berjejalan, dan mulut yang tiada henti berteriak.

Sementara gue cuma ikutan ngakak. Mas Rio sibuk videoin seekor binatang imut yang lagi bergerak cepat di celana lapangan Rista, dari betis sampai paha. Uray, Ardi, Joze, berusaha membantu meskipun sambil cekikikan. Afri, Ikus, dan Ipep cuma melongo-longo ngeliat drama terbaru edisi Rista digelayuti pacet.

Sang Biduan Pacet: Rista | Image Rights: Benedict Octario

Iyes banget, dengan medan Rakutak yang lembab, hutan hujan tropis, dan cukup rimbun, gak heran kalau gunung gemesan yang ini jadi surganya pacet. Satu per satu dari kami mulai ngecek seluruh badan, kali-kali aja ada pacet yang nempel gak disadari.

Gue pun gak lepas dari ancaman binatang gemes yang demennya nyedot darah ini. Untungnya masih di sepatu, belum sampe masuk-masuk ke badan. Ada juga mas Leo, yang tau-tau, ada sebonggol batu 'black opal' di sela-sela jemari manis dan kelingkingnya.

....ternyata eh ternyata itu adalah pacet yang sudah kenyang dan menggemuk karena menyedot darah mas Leo yang juga gemuk. Pas lah.

Pacet yang gemets | Image Rights: Benedict Octario



9. Miniatur Gunung Raung
Sudah baca cerita Gunung Raung? Belum?

Tega betul ngana. Beta su bikin itu cerita panjang-panjang tapi ngana belum baca..... BACA!!

Miniatur Jalur Shirotol Mustaqim-nya Raung | In frame + Image Rights: Benedict Octario

Gue dan rombongan gak tau musti bersyukur atau gebukin mas-mas yang nunjukkin jalur kami mendaki. Perjalanan emang jadi makin jauh, makin terjal, dan makin melelahkan, tapi kami jadi bisa ketemu sama trek miniatur Shirotol Mustaqim-nya Raung. Kalau lewat jalur trek normal (Basecamp HIMPALA), jalur ini gak bakal dilalui. Tapi kalau lewat jalur ini, ya kita gak lewat Tegal Alun. 

Meskipun dibilang miniatur Shirotol Mustaqim-nya Raung, santai aja, karena, menurut gue, ini gak sampai seperempatnya. Belum sampai bikin organ vital kamu serasa lepas-nyambung sesukanya.

10. Kurang Bersahabat Kalau Hujan

Etapi, gunung mana sih yang jadi bersahabat kalau hujan? Kayaknya gak ada sih. Tapi yang ini lebih-lebih! Seperti yang udah gue jelaskan bahwa jalurnya itu ajib, ada miniatur Raungnya, trus treknya juga cuma setapakan, dan pas on top-nya, petir tuh kayak... cuma sekelepetan aja terasa begitu dekat sampai ke relung jiwa. Kesamber ya die aja udah.

Menyebalkannya lagi, diguyur hujan selama perjalanan itu gak enak banget! Lagi jalan basah, bangun tenda basah, tidur di tenda tergenang (kenangan), barang yang dibawa basah. Gak enak lah, naik gunung basah-basah. Dingin pulak lah. Bahkan ada dua gadis dari Bandung, yang sempet ngremehin ini Gunung Rakutak aja, sampai bawah, gak punya baju ganti lagi karena cuma bawa dua helai baju dan satu celana, dan semua basah karena hujan. Crazy, kan?

Image Rights: Benedict Octario

sumber:http://www.jalanpendaki.com/2015/03/gunung-rakutak-10-fakta-yang-harus-kamu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar